Jumat, 04 Desember 2015

Tantangan Pemasaran Dalam Abad 21


Tantangan Pemasaran Dalam Abad 21




Perubahan yang cepat cenderung menyebabkan cepat usangnya strategi. Apa yang diyakini benar saat ini, dua dekade mendatang mungkin tidak relevan lagi. Dalam Memasui Abad XXI, tantangan apa yang muncul bagi para pemasar ?
Perusahaan-perusahaan di Indonesia saaat ini bergelut dengan resensi ekonomi yang maha berat dengan segala konsekuensinya, perosotan lingkungan alam, perubahan teknologi dan setumpuk masalah sosial, budaya dan politik. Pada sisi lain me-mang perubahan ini justru memberikan peluang.

Resensi Ekonomi
Sales reperesentative City Bank bercerita begini. Akibat krisis ekonomi yang maha berat, bisnis kartu kredit perusahaan tersebut merosot drastis. Selama dua bulan sampai Agustus 1998, operasi kartu kredit yang berjalan hanya penagihan. Perekrutan pelanggan baru praktis berhenti, sehingga karyawan bagian promosi hanya makan gaji buta.
Sepuluh tahun lalu cerita diatas mungkin ditanggapi dengan rasa terkejut dan heran. Tetapi pada saat ini, bukan sesuatu yang luar biasa lagi. Bahkan kalau mau, cerita yang lebih memilukan dengan mudah dapat dikumpulkan dari ribuan karyawan yang di-PHK.
Apa arti semua ini bagi pemasaran? Tidak berdayanya perusahaan menghindar dari efek global. PT. ASTRA INTERNASIONAL yang lama menyandang predikat sebagai perusahaan paling profesional pun harus lunglai danterpaksa menghentikan produksi sejak pertengahan 1998 sampai waktu yang tidak diketahui.
Dalam resesi ekonomi seperti itu, semua resep pemasaran sebelumnya menjadi basi. Contohnya, Suzuki Baleno yang sebelum krisis ekonomi mengunakan strategi harga murah untuk kualitas tinggi (Rp. 47.000.000), tentu kebingungan setelah krisis. Dengan harga diatas seratus juta rupiah, masih mungkinkah strategi itu dilanjutkan?
Krisis ekonomi yang melanda indonesia, Malaysia, Thailand, Korea Selatan dan Jepang menunjukan bahwa dalam abad mendatang, jatuh bangunnya perekonomian suatu negara bisa terjadi begitu cepat. Kemungkinan ini tentu menjadi tantangan bagi orang pemasaran untuk menyiapkan rencana menghadapi kemungkinan terburuk.

Perubahan Teknologi
Teknologi memang bukan musuh orang pemasaran. Namun, perubahannya bisa menjadi musuh kalau orang pemasaran tidak mampu mengimbanginya. Contoh teknologi prosesor komputer. Perubahan teknologi yang sangat cepat yang terjadi hampir setiap tahun, tentu memaksa para pemasar untuk selalu belajar perkembangan teknologi komputer. Pemasar yang tidak mampu mengimbangi laju perkembangan teknologi tersebut akan mengalami kegagalan.
Selain menantang pemasar untuk selalu belajar, perkembangan teknologi juga mempercepat keusangan suatu produk. Siapa bilang mutu kaset video jelek? Namun, kenyataanya produk ini sudah mulai menghilang dari pasaran karena tergeser oleh teknologi VCD (Video Compact Disk) yang mutunya lebih bagus dan harganya lebih murah. Apakah VCD dijamin tidak bakalan tergusur? Belum tentu. Memang sampai sekarang Kedudukan VCD masih kokoh.
Tetapi ingat bahwa teknologi selalu berkembang. Yang ada hanya masalah waktu, yaitu kapan produk tersebut muncul lagi. Di sinilah tantangan untuk para pemasar untuk tidak hanya terpaku pada produk saat ini.

Sistem Perdagangan Bebas
Dalam waktu deka sistem perdagangan bebas akan menjadi kenyataan. Perkembangan ke arah itu dimulai dari zona-zona perekonomian bebas, seperti AFTA, NAFTA, Masyarakat Ekonomi Eropa, dan lain-lain.
Dalam sistem tersebut, tidak ada lagi hambatan-hambatan perdagangan antar negara, baik tarif maupun non-tarif. Dampaknya jelas. Persaingan akan meningkat pesat sebab yang akan dihadapi bukan lagi terbatas pada persaing dalam negri, melainkan termasuk pesaing luar negeri.
Bagi pemasar, tantangan dari sistem perekonomian bebas tidak hanya terbatas pada usaha mempertahankan pasar dalam negeri yang sudah dikuasai. Yang tidak kurang pentingnya adalah bagaimana memasuki pasar di negara lain. Ini menjadi tantangan tersendiri sebab negara-negara lain jelas memiliki perberbedaan budaya, politik, ekonomi, dan lingkungan alam.
Dengan jumlah penduduk yang tinggi dan sumber daya yang kaya, sudah tentu indonesia menjadi semacam sasaran yang potensial. Dengan kenyataan itu, para pemasar Indonesia boleh cemas. Perusahaan-perusahaan internasional tentu akan berusaha memasuki pasaran Indonesia. Apalagi konsumen Indonesia terkenal memiliki sifat lebih menghargai segala produk yang berbau impor (import minded), tidak peduli berkualitas atau tidak.

Pemerosotan Lingkungan Alam
Bumi saat ini diibaratkan dengan kapal yang sarat beban dan hampir tenggelam. Kenapa? Pertumbuhan jumlah penduduk yang begitu cepat ternyata berdampak pada pemanfaatan sumber daya alam untuk memenuhi kebutuhan penduduk bumi. Tidak masalah kalau sumber daya itu dimanfaatkan secara benar. Sayangnya, proses produksi dan konsumsi yang terjadi justru merusak lingkungan alam. Cobalah bayangkan bagaimana kerusakan alam yang diakibatkan sebuah mobil.
Pada waktu penggalian bijih besi, telah terjadi perusakan alam pertambangan. Setelah itu, pada proses produksi, terjadi juga perusakan alam dengan limbah berbahaya maupun asap pabrik. Setelah mobil dibeli, kerusakan alam terjadi lagi dengan polusi yang dihasilkannya, baik polusi udara maupun polusi suara. Itu baru mobil. Bagaimana dengan produk lain? Bisa dikatakan bahwa hampir semua proses produksi berdampak merusak lingkungan alam. Selain itu, banyak  di antara penghuni bumi ini yang merusak alam untuk tujuan yang sia-sia, seperti pembakaran hutan, perburuan liar, membuang sampah secara sembarangan dan lain-lain.
Kerusakan Lingkungan alam pada akhirnya menyadarkan umat manusia akan perlunya penyelamatan. Akhir-akhir ini usaha tersebut semakin gencar dan sudah masuk dalam konteks pemasaran. Bahkan saking gencarnya, dengan runtuhnya komunis, maka penggantinya adalah ideologi lingkungan. Dengan ideologi tersebut, para pemasar ditantang untuk memperaktekkan green-marketing , baik dalam proses  produksi maupun pemakainan atau konsumsi. Kalau tidak, opini publik akan menghantam perusahaan

Resensi Daftar Pustaka Buku
·         Engel, James F. Et al. 1996. Consumer Behavior. McGraw-Hill, Inc., Singapore.
·         Kasali, Rhenald. Manajemen Public Relation. Pustaka Utama Grafiti, Jakarta.
·         Stern, Louis. W. Et al. 1992. Marketing Channels. Fourth Edition. Prentice Hall, Inc., New Yersey.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar