Rabu, 09 Desember 2015

Working Capital



Piutang terdiri dari sebagian yang dapat dimaksudkkan  dalam modal kerja dan sebagian lain yang termasuk dalam “potential Working capital”. Suatu perusahaan yang menjual produknya secara kredit akan mempunyai piutang dagang sebesar hasil penjualannya, yang ini terdiri dari dana yang menjelma menjadi biaya dan bagian yang merupakan keuntungan.
Bagian dari piutang yang terdiri dari dana yang diinvestasikan dalam produk yang terjual itu menurut konsep ini digolongkan sebagai modal kerja, sedang bagian yang merupakan keuntungan digolongkan secara kredit dengan profit margin sebesar 40 %. Apabila perusahaan itu mempunyai piutang dagang sebesar Rp. 90.000,-  ( 60% x 150.000,-) maka ini berarti bahwa bagian dari piutang yang termasuk modal kerja sebesar Rp. 60.000,- ( 40% x Rp 150.000,- dimasukkan sebagai “potensial working capital”.
Adapun dana yang sebagaian merupakan modal kerja dan sebagaian merupakan bukan modal kerja  ( non working capital ) adalah dana yang diinvestasikan dalam aktiva tetap.
Misalnya dana yang diinvestasikan dalam mesin sebesar Rp 240.000,- dengan life time 8 tahun. Pengeluaran dana sebesar itu mengandung dua tujuan yaitu sebagaian  atau Rp 30.000,- yang berfungsi untuk turut menghasilkan current income bagi tahun yang bersangkutan, sedangkan sisanya dimaksudkan  untuk menghasilkan pendapatan (income) untuk tahun-tahun berikutnya (future income). Dengan demikian maka bagian dari aktiva tetap yang dimaksudkan sebagai modal kerja adalah sebesar depresiasi tahun yang bersangkutan  yaitu sebesar Rp 30.000,- sedangkan sisanya pada akhir tahun pertama sebesar Rp 210.000,- merupakan “non working capital”.

Sumber Referensi :

  • W.J Eiteman and J.N Holtz, “Working Capital Management”, dalam kumpulan karangan Essays on Business Finance. Masterco Press, Inc Ann Arbor, Michigan, 1963 halaman 209. 
  • Riyanto Bambang  Dengan bukunya yang berjudul Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan, halaman 51,52,53.

Modal Kerja




Modal Kerja


Pengertian Modal Kerja dan Jenis-jenis modal kerja
                Setiap perusahaan selalu membutuhkan modal kerja untuk membelanjai operasinya sehari-hari, misalkan untuk memberikan persekot pembelian bahan mentah, membayar upah buruh, gaji pegawai dan lain sebagainya, di mana uang atau dana yang telah dikeluarkan itu diharapkan akan dapat kembali lagi masuk dalam perusahaan dalam waktu pendek melalui hasil penjualan produksinya. Uang yang masuk berasal dari penjualan produk tersebut akan segera dikeluarkan lagi untuk membiayai operasi selanjutnya. Dengan demikian maka dana tersebut akan terus menerus berputar setiap periodenya selama hidupnya perusahaan.
 Mengenai pengertian modal kerja ini daqpatlah dikemukakan adanya beberapa konsep, yaitu :
  1.   Konsep Kwantitatif
  2.  Konsep Kwalitatif
  3.  Konsep Fungsional

1. Konsep Kwantitatif
                Konsep ini mendasarkan pada kwantitas dari dana yang tertanam dalam unsur-unsur aktiva lancar di mana dana yang tertanam di dalamnya akan dapat bebas lagi dalam waktu pendek.
Dengan demikian modal kerja menurut konsep ini adalah keseluruhan dari jumlah aktiva lancar. Modal kerja dalam pengertian ini sering disebut modal kerja bruto (gross working capital).

2. Konsep Kwalitatif
                Apabila pada konsep kwalitatif modal kerja itu hanya dikaitkan dengan besarnya jumlah hutang lancar atau hutang yang segera harus dibayar. Dengan demikian maka sebagian dari aktiva lancar ini harus disediakan untuk memenuhi kewajiban finansial yang segera harus dilakukan, di mana bagian aktiva lancar ini tidak boleh digunakan untuk membiayai operasinya perusahaan untuk menjaga likwiditasnya. Oleh karenanya maka modal kerja menurut konsep ini adalah sebagain dari aktiva lancar yang benar-benar dapat digunakan untuk membiayai operasinya perusahaan tanpa mengganggu likwiditasnya, yaitu yang merupakan kelebihan aktiva lancar diatas hutang lancarnya.
Modal kerja dalam pengertian ini sering disebut modal kerja neto (net working capital).

3. Konsep Fungsionil
                Konsep ini mendasarkan pada fungsi dari dana dalam, menghasilkan pendapatan (income). Setiap dana yang dikerjakan atau digunakan dalam perusahaan adalah dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan. Ada sebagian dana yang digunakan dalam suatu periode accounting tertentu yang seluruhnya langsung menghasilkan pendapatan bagi periode tersebut (current income) dan ada sebagaian dana lain yang juga digunakan selama periode tersebut tetapi tidak seluruhnya digunakan untuk menghasilkan “current income”.
Sebagian dari dana itu dimaksudkan juga untuk menghasilkan pendapatan untuk periode-periode berikutnya (future income). Dalam hubungan ini dapatlah dikemukakan nama Wilford J. Eiteman – j.h. Holtz yang memberikan definisi modal kerja sebagai dana yang digunakan selama periode accounting yang dimaksudkan untuk menghasiyang memberikan definisi modal kerja sebagai dana yang digunakan selama periode accounting yang dimaksudkan untuk menghasilkan “current income” (sebagai lawan dari future income) yang sesuai dengan maksud utama didirikan perusahaan tersebut.
Berdasarkan definisi itu maka pengertian “non working capital” adalah dana yang tidak menghasilkan current income, atau kalau menghasilkan current income adalah tidak sesuai dengan maksud utama didirikanya perusahaan tersebut.
Misalnya suatu perusahaan dagang tekstil yang menanamkan sebagai dananya dalam surat obligasi pemerintahan.
Dana yang ditanamkan dalam obligasi tersebut menghasilkan current income yaitu dalam bentuknya bunga obligasi (coupon). Tetapi karena perusahaan ini didirikan dengan maksud utama untuk berusahan di bidang investasi dalam surat-surat berharga seperti halnya Bank, maka dana yang tertanam dalam efek tersebut nantinya dapat diuangkan dengan mudah dan selanjutnya dapat diinvestasikan dalam tekstil, maka dana tersebut digolongkan sebagai modal kerja potensiil (potential working capital).
Kas dan inventory adalah nyata-nyata modal kerja.
Piutang terdiri dari sebagian yang dapat dimaksudkkan  dalam modal kerja dan sebagian lain yang termasuk dalam “potential Working capital”. Suatu perusahaan yang menjual produknya secara kredit akan mempunyai piutang dagang sebesar hasil penjualannya, yang ini terdiri dari dana yang menjelma menjadi biaya dan bagian yang merupakan keuntungan.
Bagian dari piutang yang terdiri dari dana yang diinvestasikan dalam produk yang terjual itu menurut konsep ini digolongkan sebagai modal kerja, sedang bagian yang merupakan keuntungan digolongkan secara kredit dengan profit margin sebesar 40 %. Apabila perusahaan itu mempunyai piutang dagang sebesar Rp. 90.000,-  ( 60% x 150.000,-) maka ini berarti bahwa bagian dari piutang yang termasuk modal kerja sebesar Rp. 60.000,- ( 40% x Rp 150.000,- dimasukkan sebagai “potensial working capital”.

Sumber Referensi :
  • W.J Eiteman and J.N Holtz, “Working Capital Management”, dalam kumpulan karangan Essays on Business Finance. Masterco Press, Inc Ann Arbor, Michigan, 1963 halaman 209.
  • Riyanto Bambang  Dengan bukunya yang berjudul Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan, halaman 51,52,53.
















Jumat, 04 Desember 2015

OPTIMALISASI HARGA


OPTIMALISASI HARGA




Berapa Harga pisang goreng ini? Gampang. Sebutkan satu angka, misalnya Rp 100, Rp 200, atau Rp 300. Sejak dulu hal begini sering terjadi. Sebuah barang berpindah tangan untuk sejumlah uang yang dipertukarkan. Ada kepuasan, kadang gerutuan bahkan kekecewaan menyertainya. Penyebabnya tidak lain dari perbandingan harga, hal sebaliknya terjadi pada penjual. Bagaimana sebenarnya menerapkan harga yang dapat mencapai sasaran penjual tetapi juga dianggap pantas oleh pembeli? Itulah tujuan manajemen harga.

PENGERTIAN
Menurut bayangan orang-orang, harga adalah uang yang dibayarkan atas suatu barang atau layanan yang diterima. Memang daftar hargalah yang sering menjadi pusat perhatian saat membeli barang atau layanan. Namun yang dinamakan harga adalah lebih luas dari sekedar daftar harga.
Jadi harga tidak selalu berbentuk uang karena harga bisa bebentuk barang, tenaga, waktu, dan keahlian. Misalnya, untuk memperoleh mesin jahit dari Pak Pram, Juned harus bekerja selama satu bulan tehadap Pak Pram. Nah , waktu satu bulan tersebut merupakan harga juga. Tentu pada akhirnya bisa juga dikonversi menjadi uang. Hanya, dalam transaksi tersebut, tidak ada uang yang dipertukarkan. Yang ada adalah nilai, yaitu tenaga, keahlian, dan waktu  Juned selama satu bulan.
Jadi, harga diekspresikan dalam berbagai bentuk. Pengemudi mobil yang salah jalur membayar sejumlah denda atas kesalahannya. Para pengacara mengenakan tarif konsultasi hukum, pengemudi membayar uang tol, salesman memperoleh komisi atas penjualannya, sejumlah tip diberikan kepada room boy hotel, sopir taksi mengenakan argo, CN 235 ditukar dengan beras ketan dari Thailand, suku bunga dikenakan pada tabungan, deposito, dan kredit. Itu semua adalah harga.

Pentingnya Harga
Bagi pembeli harga meberikan  dampak ekonomis dan psikologis. Dampak ekonomisnya berkaitan dengan daya beli, sebab harga merupakan biaya (cost) bagi pembeli. Semakin tinggi harga, samakin rendah harga, semakin banyak produk yang bisa mereka beli. Namun tidak otomatis semakin banyak produk yang dibeli. Justru kadang-kadang harga memiliki efek psikologis, dimana harga tinggi mencerminkan kualitas rendah pula. Kalau ini berlaku untuk suatu produk, menurunkan harga bisa berakibat menurunkan permintaan.


Faktor Pertimbangan Internal dan Eksternal
Bagaimana cara menerapkan harga yang optimal? Tidak ada rumusan yang pasti. Para ahli hanya dapat mengusulkan beberapa pendekatan. Dengan melakukan pendekatan itu pun, tidak serta merta hasilnya optimal sebab ukuran keoptimalan adalah reaksi pasar.
Faktor-faktor internal:
  • Pertimbangan organisasi
  • Sasaran pemasaran 
  • Biaya
  • Strategi bauran pemasaran 
·    Faktor-faktor eksternal : 
  •  Situasi pasar dan permintaan
  •  Persaingan
  •  Harapan perantara
  •  Faktor-Faktor lingkungan, seperti kondisi, sosial, ekonomi, budaya dan politik
·  
Resansi Daftar Pustaka
Simamora, Bilson. 2003. Memenangkan Pasar dengan Pemasaran Efektif dan Profitabel. Penerbit Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Resensi Buku
“ MENEJEMEN PEMASARAN, PHILIP KOLTER 1995-1997”